Habibie &
Ainun
Tak hanya Romeo dan Juliet yang memliki kisah cinta sejati nan romantis.
Habibie dan Ainun pun memiliki kesetiaan cinta hingga akhirnya maut memisahkan
mereka.
Pertemuan
mereka diawali dari masa kecil mereka saat menduduki bangku SMA, mereka adalah
dua bintang kelas yang sangat populer di sekolah. Akan tetapi, saat itu bu
Ainun adalah jagoan sekolah yang terkenal agak tomboy sedangkan pak Habibie
(atau Roy, panggilan masa kecil beliau) adalah sosok yang terkenal jago bidang
saintis sedari duduk di bangku sekolah. Guru mereka dahulu sering menjodohkan
mereka berdua, akibat prestasinya yang tinggi di sekolah. Tapi hal ini hanya
dianggap lintas lalu oleh Roy.
Kisah ini
berlanjut hingga akhirnya mereka dipertemukan menjadi satu di pelaminan.
Kata-kata yang saya ingat dari pak Habibie adalah: “Trimakasih ya Allah Engkau
lahirkan aku untuk Ainun,dan Ainun untuk saya. Trimakasih ya Allah Engkau
pertemukan aku dengan Ainun,dan Ainun dengan saya”.
Setelah
menikah dan berbulan madu, Ainun harus ikut suaminya yang sedang dalam proses
mendapatkan gelar S3, merantau ke Jerman. Bukan hal yang mudah bagi seorang
anak gadis cemerlang dan tinggal di apartemen kecil di Oberfortsbach, desa
kecil di pinggiran Jerman Barat.
Biaya untuk
kehidupan sehari-hari pas-pasan, sampai pada tahun-tahun awal Habibie harus
berhemat dengan berjalan kaki sejauh 15k menuju tempat kerjanya beberapa hari
dalam seminggu. Susah jadi Bu Ainun. Suami sibuk dengan promosi S3 dan
bekerja setengah hari sebagai Asisten di Intitut Konstruksi Ringan Universitas.
Habibie sering mencuri waktu bekerja di pabrik kereta api mendesain
gerbong-gerbong berkonstruksi ringan. Tidak ada keluarga, kerabat dan tetangga
untk diajak ngobrol. Tidak ada hiburan. Bahasa Jerman juga pas-pasan. Pantaslah
pak Habibie cinta luar biasa pada Bu Ainun, tidak pernah beliau mengeluh! Tidak
pernah sedikitpun, tentang apapun,2 orang anak lelaki, Ilham dan Thareq.
Setelah lulus
S3, Habibie ditawari pekerjaan oleh Talbot dan Boeing, dua industri konstruksi
terkemuka. Pak Habibie menolak dan memilih untuk pindah ke Hamburg, dimana ia
melamar dan diterima di perusahaan Hamburger Flugzeugbau HFB. Selepas itu, beliau menjadi
pejabat penting perusahaan Messerschmitt Bolkow Blohm. Kemudian beliau dipanggil
pulang oleh Presiden Soeharto untuk membangun industri dirgantara Indonesia dan
menyumbangkan bakti kepada tanah air. Tidak lama setelahnya, Pak Habibie
diangkat menjadi anggota Kabinet Pembangunan Pak Harto, menampuk jabatan
Menteri Riset dan Teknologi. Beliau menjadi anggota kabinet selama beberapa
periode kepemimpinan Pak Harto, kurang lebih 20 tahun lamanya.
Tahun 1998,
ketika dilaksanakan pemilihan umum, Pak Harto secara mengejutkan menggandeng
beliau sebagai pasangannya dalam pilpres. Sebuah keputusan yang tidak mudah,
mengingat Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi parah dan mulai banyak pihak
yang mencoba menggoyang tampuk kursi kepemimpinanya. Pak Habibie akhirnya
menjadi Presiden RI ke-3. Bu Ainun juga menjadi ibu negara RI ke-3.
Cinta mereka berakhir sampai maut memisahkannya. Habibie tetap setia mendampingi Ainun saat sakit hingga beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Inilah bukti ketulusan cinta mereka sehingga mereka benar-benar mendapatkan cinta sejati.
Surat terakhir B.J.Habibie untuk
Alm. Ainun Habibie
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.Karena, aku
tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,dan kematian adalah
sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu
itu. Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa
kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap
saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku
seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi……
“Saya dilahirkan untuk Ainun dan Ainun dilahirkan untuk saya”
……Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang
berganti kemarau gersang.Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan
panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama
kau ada,aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,tanpa
mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.mana mungkin
aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku
kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu
mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada
untukku, dan sekarang kembali tiada.selamat jalan sayang, cahaya mataku,
penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
0 komentar:
Posting Komentar